Tulisan ini mengandung konten yang cheesy
Baiklah, untuk tulisan kali ini saya ingin membahas tentang hal yang mungkin menjadi cukup sensitive untuk setiap orang namun selalu menarik untuk dibicarakan. Let’s talk about love! Heheheuuu
Tulisan kali ini saya kerucutkan mengenai cinta: hubungan dengan pasangan. Uhuy! Menarik bukan?
Setiap manusia sepertinya telah memiliki garis takdir percintaanya. Dan sepertinya hal tersebut merupakan proses yang cukup kompleks. Saya pernah menyimak di salah satu Vlog Raditya Dika dan Boy William. Konon katanya, dalam hidup kita akan mengalami tiga fase dalam jatuh cinta. Saya berusaha menjabarkan kembali sesuai opini saya.
Fase pertama biasanya kita kenal sebagai “cinta monyet”. Mungkin perasaan ini adalah tahap awal kita mengenal cinta. Kita mengenalkan hati kita untuk belajar mencintai orang lain untuk menjadi pasangan kita. Dalam tahap ini mungkin kebanyakan tertarik karena “appereance”. Tahap awal ini terjadi saat kita mengalami masa pubertas. Selanjutnya kita akan mengalami “fase obsesi”. Terdengar cukup ekstrim memang, namun begitu lah adanya. Masa ini adalah di mana kita jatuh cinta pada seseorang dan ada sebuah perasaan di mana kita merasa “harus” memilikinya, terus mengejarnya, memberikan seluruh perhatian untuknya, dan “membenarkan” apapun yang dia lakukan. Sampai akhirnya pada satu titik kita sadar, bahwa itu semua bukanlah cinta. Dan tahapan yang terakhir, bisa disebut sebagai soulmate. Start feeling cheesy enough? Hmm, c’mon.. Talking about love will turn you to be a cheesy one hahaha
Baiklah, tahap yang ketiga adalah soulmate. Kita merasakan sebuah kecocokan, mungkin layaknya lagunya Ussy Susilowati ya, “Klik”. Kita merasakan adanya bonding yang kuat. Meskipun pada kenyataannya pasangan kita tersebut tidak sesuai dengan kriteria kita, namun akan menjadi sebuah pengecualian untuknya. Kita hanya merasa jatuh cinta pada dia, seakan tanpa alasan lalu semua energi itu membaur.
Tuhan memang telah menggariskan dan menakdirkan jodoh kita. Jodoh, maut, rezeki adalah tiga hal mutlak yang telah ditetapkanNya.
Pernah saya mendengar sebuah kisah bahwa jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Jauh sebelum kita menjadi bentuk manusia seperti sekarang, jauh saat kita masih merupakan jiwa yang bebas, kita telah bertemu dengan pasangan jiwa kita (soul-mate). Itulah mungkin kenapa ketika kita bertemu dengan jodoh kita di dunia ini, kita merasa sudah tidak asing dengannya. Seakan dia adalah bagian dari jiwa yang hilang, dan sekarang kita menemukannya.
Ya, another theory of soul mate.
Tapi dalam keadaan real, hal tersebut akan menjadi banyak kemungkinan. Sampai akhirnya kita bersama dengan pasangan pilihan kita, sampai akhirnya kita menanggalkan kriteria yang kita inginkan yang mungkin tidak ada di pasangan kita, sampai saat itu lah mungkin kita sudah sampai pada tahap acceptance atau penerimaan.
Kita menyadari bahwa tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Sudah sering Bunda Dorce mengatakan, kesempurnaan hanya milik Tuhan. Pasangan kita tidak sempurna dan begitu pun diri kita. Namun kita tetap memilihnya, dan dia tetap memilih kita untuk dijadikan pasangan hidupnya. Mencinta pada tahap ini mungkin benar-benar dibutuhkan kedewasaan metal, batin serta pikiran. Menerima dan memahami kekurangan maupun kelebihan satu sama lain, tidak bersikap egois untuk mementingkan diri sendiri agar bisa selalu “menang”, no drama and playing victim, dan tentunya adalah membangun sebuah kepercayaan.
Menjalin hubungan dengan pasangan tidak berarti bahwa karena kita telah mengenalnya, maka kita bersedia untuk bersamanya. Mungkin yang perlu digarisbawahi adalah tentang sudah seberapa baik kita mengenal pasangan. Bahkan berdasarkan Johari Window sendiri pun, kita sendiri masih memiliki “daerah gelap” yang kita sendiri tidak mengetahuinya. Itulah kenapa, setiap hari yang kita lalui bersamanya adalah proses untuk saling mengenal satu sama lain. Tentunya tak selamanya proses ini akan selalu indah, selalu dipenuhi tawa dan canda. Proses ini pun akan diwarnai dengan air mata, perasaan sesak, namun kita tetap berjuang dan tidak menyerah. Proses ini juga tidak akan selamanya menarik, akan ada masa di mana kita merasa jenuh, namun kita tidak saling meninggalkan. Memilih untuk menyelesaikan dan menemukan solusi nya dengan kepala dingin, hati yang menghangat, dan hubungan akan semakin erat.
Luka mungkin sudah menjadi bayangan untuk cinta. Namun bagaimana kamu menangani lukamu itu adalah pilihanmu.
Proses yang menyulitkan dalam suatu hubungan mungkin akan membuat luka. Namun dengan luka itu kita belajar untuk tidak saling melukai kembali. Dalam hal ini, menurut saya dibutuhkan kerja sama yang baik dengan pasangan kita. Dari proses yang telah dilewati sebelumnya, tentunya setidaknya kita sudah mengetahui bagaimana memberikan “pertolongan pertama” pada luka itu. Dan hal ini bisa berlaku berbeda untuk setiap pasangan.
Mungkin kita pun pernah merasakan bahwa kita sudah menemukan “the one” kita. Namun nyatanya pupus jua. Kita sudah melalui berbagai proses yang menyenangkan maupun menyulitkan, namun semesta mungkin tidak mengijinkan. Setidaknya kita tidak berdiam diri, kita sudah berjuang memberikan yang terbaik, namun memang bukan dia yang telah digariskan untuk kita.
And that’s just another love story yang telah menjadi masa lalu.
Cinta telah memberikan kesempatan untuk belajar. Memberikan kesempatan untuk menjadi diri kita yang lebih baik, dan memberikan kesempatan untuk kita memberikan kepercayaan kepada pasangan kita.
Hubungan adalah sebuah perjalanan. Dalam perjalanannya tidak mungkin semuanya akan mulus, tidak mungkin apabila tidak berkelok. Namun tentu saja, selama kita masih berjalan dan bergandengan bersama untuk satu tujuan, semua pasti akan terlewati. Sesusah apapun nanti, setidaknya masih ada jalan.
Dalam tulisan saya tidak pernah bermaksud menjadi yang paling benar. Tulisan ini hanyalah sedikit pendaran dari kisah saya sendiri. Hanya kumpulan opini-opini yang saya kumpulkan, lalu coba saya ceritakan.
Kepada hati yang telah berlabuh, semoga tepatlah tempatnya bersauh.
Kepada hati yang masih berlayar, semoga lekas mercusuar memberikan sinyalnya.
Surabaya, 29 Juli 2018
With love,
SD