Dear you,
Hi, Sayang.. Ah, rasanya aku sudah tidak bisa lagi mengucapkan sapaan itu lagi. Sapaan yang selalu menghangatkan ketika diucapkan, menggemaskan ketika dulu kamu menyebutkannya dengan nada manjamu. Mungkin kini aku hanya berhak untuk menyapamu dengan sapaan lama ku pada mu dulu, Mas.
Mas, entah betapa baiknya Tuhan mengirimkan kamu untuk menemaniku selama di kota rantauanku ini. Sejak awal kita dipertemukan kembali di Jazz Traffic 2017 hingga saat ini. Kamu, sudah mencuri perhatianku sejak tahun pertama ku kuliah dulu di tahun 2013. Dalam sebuah acara penyambutan mahasiswa baru, kamu dan rekanmu tampil dalam sebuah band yang sangat menghibur. Kali pertama aku mendengar suara mu dan permainan musikmu, kali itu juga pertama kalinya aku deklarasikan bahwa suara mu telah menjadi favoritku.
Waktu berjalan, semasa kuliah aku tidak pernah bisa dekat denganmu. Hanya sebatas hubungan antara adik kelas dan kakak tingkatnya. Terlebih aku tahu bahwa kamu pun ternyata sudah memiliki kekasih. Hanya saja aku selalu punya cara untuk mencari cara agar aku bisa berkomunikasi denganmu. Salah satu caranya adalah memanfaatkan peranku dalam setiap acara kepanitiaan jurusan untuk meminta band mu tampil mengisi acara. Secara suka rela biasanya aku akan menawarkan diri untuk me-lobby band mu agar mau tampil dalam acara kami.
Satu acara yang masih sangat berkesan dan membuat aku tersenyum mengingatnya adalah ketika kamu menyanyikan sebuah lagu yang aku minta secara personal pada salah satu acara jurusan. Untitled milik Maliq & D’essential. Apa kamu tahu kalau sebenarnya lagu itu sangat mencerminkan kondisiku kala itu kepadamu? Hmm, namun rasanya saat itu kamu tidak mengetahuinya. Tidak bahkan hanya sedikit.
Kesempatan lain yang membuat aku semakin kagum padamu adalah ketika kamu tampil untuk sebuah acara tv yang memiliki konsep “go to campus”. Tapi mungkin karena sepi sekali keadaannya saat itu, jadilah sepertinya tidak tayang, sayang sekali.
Tapi hari itu aku melihat aura yang begitu besar di sana. Kamu dengan musikmu. Kamu dan dirimu. Aku selalu suka melihat mu melakukan hal yang kamu cintai.
Waktu pun berlalu, tahun 2015, dan tibalah saat kelulusan mu. Beruntung hari itu aku berkesempatan untuk menjadi MC dalam acara perpisahan angkatanmu, di malam wisudamu. Lucu ya, dulu saat aku masih menjadi mahasiswa baru kamu “menyambutku” dan kini aku “melepasmu”. Penampilanmu malam itu adalah hal yang sangat aku tunggu. Aku berpikir bahwa mungkin saja hari itu adalah kali terakhir aku bertemu dengan mu. Aku benar-benar menikmati penampilan mu malam itu, sambil bergumam dalam hati “terimakasih telah memberikan warna di hari-hari kuliahku”.
Esoknya kamu wisuda dan benar saja, malam itu menjadi terakhir kali nya kita bertemu hingga dua tahun berikutnya.
Selama itu aku hanya berpikir bahwa semuanya hanya akan menjadi kenangan manis, atau hmm… kasih tak sampai? Ya, aku sempat menyebutnya demikian. Namun aku berusaha menguburnya, melanjutkan hidup, dan hanya menerima kabarmu dari update-an media sosialmu kala itu. Aku pun menerima kabar bahwa kamu sudah memiliki kekasih baru. I’m happy for you.
Sampai akhirnya aku lupa tentang mu dan tenggelam dalam kesibukan tugas akhir lalu berbagai kegiatan dan usaha dalam pencarian kerja. Hingga akhirnya, tahun 2017, aku merantau ke Surabaya.
Ketika aku pindah ke kota ini, aku memang sempat berpikiran untuk menghubungimu untuk mencari bantuan tentang informasi tempat kos. Karena seingatku kamu sempat membagikan bahwa kamu juga bekerja di Surabaya.
Aku menemukan akun Instagram mu, dan mulailah kita berkomunikasi. Awalnya memang hanya sebatas basa-basi dilanjutkan dengan obrolan singkat dan informasi tentang tempat kos. Meskipun nihil hasilnya.
Tidak pernah aku berpikir bahwa kamu akan berperan masuk sejauh ini dalam hidupku saat itu.
Hingga akhirnya hari itu pun datang, 18 Agustus 2017. Kamu menawari aku untuk menonton Jazz Traffic 2017 karena kamu masih memiliki tiket yang belum terpakai. Aku mengiyakan, dan kita menikmati setiap alunan musik malam itu.
Sampai pada akhirnya kita menjadi semakin dekat dan semakin dekat, semakin sering berkomunikasi, semakin sering bertemu. Tahukah kamu betapa aku selalu kebingungan memilih baju saat akan bertemu denganmu? Rasanya seperti anak abg yang baru jatuh cinta hahaha~ Dalam perjalanannya, kita memang sempat berjarak, namun akhirnya kita pun bersama, Maret 2018.
Tidak ada hal yang membuat aku lebih bahagia selain malam itu, saat kamu menyatakan rasa. Apa aku bermimpi? Aku hanya menjawab dengan senyuman, menandakan sebuah persetujuan.
Hari-hari berlalu, dan aku merasa hidupku kini lebih bersemangat. Meskipun intensitas pertemuan kita yang hanya satu bulan sekali, namun waktu yang selalu kamu sempatkan itu akan selalu menjadi waktu yang aku tunggu.
Kamu membuat aku belajar tentang rasa percaya, penerimaan, kamu seperti kekuatan baru untukku. Kamu, jiwa, kelembutan, dan penampilan mu yang sangat bertolak belakang. Kamu memang cuek, namun kamu adalah sosok penyayang dan hangat. Kamu sangat menyebalkan, namun kamu juga mengesankan.
Kabarmu, sedang apa, dan dimana. Cukup sederhana namun sering kita tanyakan untuk mengetahui keadaan masing-masing. Rindu selalu ada setiap harinya, membuat setiap komunikasi menjadi berarti, dan mulai resah ketika kabar tidak datang.
Malam hariku dihiasi deringan video call dari mu, mendengar suaramu saja rasanya sudah sangat dekat. Salah satu waktu yang aku tunggu setiap harinya. Aku sangat senang ketika kita bertukar pikiran, ketika aku meminta opinimu terhadap suatu hal, meskipun terkadang bertentangan dengan opiniku, namun aku selalu suka cara kita berdiskusi. Membuat aku melihat sisi lain dari sosok mu, mengajak aku untuk berpikir lebih maju ke depan, dan mengurangi segala pikiran yang dirasa “tidak penting”. Ketika kita saling berbagi tentang kisah kita, ketika kita membangun mimpi bersama. Kita lewati hari-hari dengan tawa, marah, kesal, bahagia, kesabaran, dan saling mendoakan.
Namun pada akhirnya September 2018, mungkin semua tidak berjalan sesuai dengan rencana yang kita ingini.
Dalam sebuah perdebatan dan sebuah kondisi yang tidak lagi bisa dipaksakan akhirnya diambilah keputusan yang paling berat namun mungkin itu yang terbaik untuk saat ini.
Kini kita kembali merajut, menjalani kisah masing-masing.
Mas, jujur masih terasa berat, masih terasa menyesakkan, dan tentunya masih menguras air mata. Mengingat setiap perjalanan, setiap rencana, dan setiap mimpi kita yang kini sudah menjadi puing-puing kenangan. Berharap untuk menjadi sebuah realita namun ternyata jalan Tuhan berbeda.
Ya, karena manusia hanya bisa berencana dan tetap Tuhan yang menentukan.
Aku menghargai setiap alasan, setiap keputusan. Bukankah sudah aku bilang, aku menyukai melihatmu untuk melakukan hal yang kamu cintai. Mengejar mimpimu.
Dan aku rasa hal yang sama pun terulang kembali ketika kamu “menyambutku” dan kini aku harus “melepasmu”. Lagi.
Sungguh aku berharap bisa mendampingimu dalam setiap keadaan, saling memberi semangat dalam setiap keadaan, namun aku rasa sekarang hanya doaku saja yang senantiasa bisa menyertaimu.
Aku akan kembali melanjutkan hidup, sebagaimana kamu melanjutkan hidupmu. Aku akan berusaha menggapai mimpiku sebagaimana kamu yang juga sedang berusaha menggapai mimpimu.
Hari ku kini mungkin lebih sepi, hari ku juga terasa berbeda. Tidak ada lagi sapaan-sapaan hangat, tidak ada lagi waktu yang selalu ditunggu. Tidak ada lagi kabar yang dinanti menanti, tidak tahu lagi sedang apa dan ada di mana. Kehilangan sebuah hak yang besar, terasa ada yang kurang namun sesuai pesanmu, aku harus tetap bahagia.
Kamu dan serangakaian perjalanan kita. Warisan kenangan di kota pahlawan.
Mungkin memang berat dan menyakitkan. Namun seiring waktu aku yakin ini akan sembuh, lalu kita telah tumbuh.
Sampai di mana waktu kita akan bertemu lagi, aku harap keadaan kita sudah jauh lebih baik dengan capaian mimpi kita, dan kebahagiaan yang dipendarkan.
Sampai di mana waktu kita akan bertemu lagi, aku berterimakasih atas segala rasa yang telah kamu berikan, atas semua waktu, dan semua pelajaran.
Sampai di mana waktu kita akan bertemu lagi, berjanjilah untuk selalu menjalani hidupmu sebaik-baiknya.
Tuhan telah merancang rencana yang lebih indah untuk kita. Entah bagaimana pun rencananya. Aku percaya itu pasti baik untuk kita.
Patah hati adalah hal yang wajar. Bukan kah begitu juga kehidupan? Jatuh lalu bangkit lagi, terbentur lalu terbentuk.
Surabaya, 22 September 2018
With all of my heart,
Si nduk